Senin, 09 Januari 2017

Mewaspadai Generasi Ibnu Muljam



Sumber : Majalah Mafahim, ( Habib Miqdad Baharun )


Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallahuwajhah gugur sebagai syahid pada waktu subuh tgl. 7 Ramadhan akibat tebasan pedang salah seorang anggota sekte Khawarij yang bernama Abdurrahman bin Muljan Al Murodi.  Uniknya sang pembunuh ini melakukan aksinya sambil berkata ,” Hukun itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.”  Tidak berhenti sampai disitu, saat melakukan aksi bejadnya ini Ibnu Muljam mulutnya tidak berhenti mengulang-ulang ayat 207 Surat Al Baqarah yang artinya ,”Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba –Nya.” Tatkala Khalifah Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah akhirnya gugur, Ibnu Muljam pun dieksekusi mati dengan cara di qishas. Proses qishasnya pun bisa membuat kita tercengang karena saat tubuhnya telah diikat untuk dipenggal kepalanya, ia masih sempat berpesan kepada algojo yang mendapat tugas melakukan eksekusi,” jangan penggal kepala ku sekaligus. Tapi potonglah anggota tubuhku sedikit demi sedikit hingga aku bias menyaksikan anggota tubuhku disiksa di jalan Allah .”
Demikianlah keyakinan Ibnu Muljam yang berpendapat bahwa membunuh Sayyidina Ali Bin Abi Thalib yang notabene salah satu sahabat yang dijamin masuk surga, menantu (suami Sayyidah Fathimah) dan saudara sepupu Rasulullah dan ayah dari Hasan dan Husein, dua pemimpin pemuda ahli surga, sebagai tindakan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Aksi yang dilakukan Ibnu Muljam ini adalah realitas pahit yang kita lihat pada kehidupan ummat Islam sekarang dimana diantara para pemuda kita giat melakukan kegiatan provokasi untuk menjustifikasi kaum Muslimin yang tidak berdosa sebagai kaum yang sesat dan ahlul bid’ah.Kelompok ini menggunakan intimidasi dan aksi kekerasan sebagai strategi perjuangan mereka. Merekalah yang pada raut wajahnya memancarkan hidayah dan mereka juga senantiasa membaca Al Qur,an diwaktu siang dan malam. Namun sesungguhnya mereka adalah keompok yang merugi sebab karakteristik mereka tepat sebagaimana sinyalemen yang disampaikan Rasulullah dalam sebuah haditsyang artinya , “akan ada para lelaki yang membaca Al Qur’an tanpa melampaui tulang selangka mereka. Mereka telah keluar dari agama laksana keluarnya anak panah dari busur.” Kebodohan mengakibatkan mereka merasa berjuang membela kepentingan agama Islam padahal hakikatnya mereka sedang memerangi Islam dan kaum muslimin.


Ibnu Muljam sejatinya adalah figure lelaki yang shalih,zahid dan bertaqwa. Bukan lelaki Bengal yang buta sama sekali terhadap ilmu agama. Di wajahnya terlihat dengan nyata jejak sujud. Ia juga hafal Al Qur’an dan sekaligus sebagai guru yang berusaha mendorong orang lain untuk menghafalkannya. ‘Umar bin Khattab pernah menugaskannya ke Mesir demi    mengabulkan permohonan ‘Amr bin Ash yang memohon kepada beliau untuk mengirimkan  ke Mesir figure yang hafal Al Qur’an untuk mengajarkannya kepada penduduk Mesir.  Tatkala Amr bin Ash meminta ,” Wahai Amirulmukminin, kirimkanlah kepadaku lelaki yang hafala Al Qur’an untuk mengajari penduduk Mesir, Sayyidina Umar menjawab, “ Aku mengirimkan untuk mu seseorang lelaki bernama Abdurrahman bin Muljam, salah seorang ahli Qur’an yang aku prioritaskan untukmu daripada untuk diriku sendiri. Jika ia telah datang kepadamu  maka siapkanlah rumah untuknya untuk mengajarkan Al Qur,an kepada Kaum Muslimin dan muliakanlah ia…..!
Meskipun Ibnu Muljam hafal Al Qur’an, bertaqwa dan rajin beribadah namun semua itu tidak membawa manfaat baginya. Ia mati dalam kondisi su’ul khatimah, tidak membawa iman dan Islam akibat kedangkalan ilmu agama yng dimilikinya dan berafiliasi dengan sekte Khawarij yang telah meracuni para pemuda muslim  sehingga melakukan aksi-aksi yang bertentangan dengan nilai – nilai luhur agama Islam namun justru mengklaim semua itu dalam rangka membela ajaran Allah dan Rasulullah.
Bercermin dari figur Ibnu Muljam tentu kita tidak perlu merasa aneh jika sekarang muncul kelompok-kelompok ekstrim yang mudah memvonis kafir terhadap sesama  muslim yang berbeda pandangan, melakukan tindakan yang sama persis dilakukan Ibnu Muljam. Mereka mengklaim berjuang menegakkan agama Allah namun faktanya justru menebar ketakutan pada umat Islam dan menciptakan konflik internal berdarah-darah yang membuat mustahil membangun persatuan sesama Muslimin.
Oleh karena itu menjadi tugas bersama para Ulama , Umaro dan muslimin untuk membentengi umat Islam di Indonesia dari ide-ide keagamaan destruktif yang dikembangkan oleh generasi Abdurrahman bin Muljam dan untuk berusaha keras menghalangi siapapun yang ingin menjadikan Indonesia sebagai lading subur bagi tumbuhnya kelompok-kelompok khawarij modern yang militant namun miskin ilmu.

Wallahu A’lam.


EmoticonEmoticon