Sumber :
Majalah Mafahim, ( Habib Miqdad Baharun )
Sayyidina
Ali bin Abi Thalib karamallahuwajhah gugur sebagai syahid pada waktu subuh tgl.
7 Ramadhan akibat tebasan pedang salah seorang anggota sekte Khawarij yang
bernama Abdurrahman bin Muljan Al Murodi.
Uniknya sang pembunuh ini melakukan aksinya sambil berkata ,” Hukun itu milik Allah, wahai Ali. Bukan
milikmu dan para sahabatmu.” Tidak berhenti
sampai disitu, saat melakukan aksi bejadnya ini Ibnu Muljam mulutnya tidak
berhenti mengulang-ulang ayat 207 Surat Al Baqarah yang artinya ,”Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya
karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba –Nya.”
Tatkala Khalifah Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah akhirnya gugur, Ibnu
Muljam pun dieksekusi mati dengan cara di qishas. Proses qishasnya pun bisa membuat
kita tercengang karena saat tubuhnya telah diikat untuk dipenggal kepalanya, ia
masih sempat berpesan kepada algojo yang mendapat tugas melakukan eksekusi,” jangan penggal kepala ku sekaligus. Tapi
potonglah anggota tubuhku sedikit demi sedikit hingga aku bias menyaksikan
anggota tubuhku disiksa di jalan Allah .”
Demikianlah
keyakinan Ibnu Muljam yang berpendapat bahwa membunuh Sayyidina Ali Bin Abi
Thalib yang notabene salah satu sahabat yang dijamin masuk surga, menantu
(suami Sayyidah Fathimah) dan saudara sepupu Rasulullah dan ayah dari Hasan dan
Husein, dua pemimpin pemuda ahli surga, sebagai tindakan ibadah untuk
mendekatkan diri kepada Allah.
Aksi
yang dilakukan Ibnu Muljam ini adalah realitas pahit yang kita lihat pada
kehidupan ummat Islam sekarang dimana diantara para pemuda kita giat melakukan
kegiatan provokasi untuk menjustifikasi kaum Muslimin yang tidak berdosa
sebagai kaum yang sesat dan ahlul bid’ah.Kelompok ini menggunakan intimidasi
dan aksi kekerasan sebagai strategi perjuangan mereka. Merekalah yang pada raut
wajahnya memancarkan hidayah dan mereka juga senantiasa membaca Al Qur,an
diwaktu siang dan malam. Namun sesungguhnya mereka adalah keompok yang merugi
sebab karakteristik mereka tepat sebagaimana sinyalemen yang disampaikan
Rasulullah dalam sebuah haditsyang artinya ,
“akan ada para lelaki yang membaca Al Qur’an tanpa melampaui tulang selangka
mereka. Mereka telah keluar dari agama laksana keluarnya anak panah dari busur.”
Kebodohan mengakibatkan mereka merasa berjuang membela kepentingan agama Islam
padahal hakikatnya mereka sedang memerangi Islam dan kaum muslimin.
Ibnu
Muljam sejatinya adalah figure lelaki yang shalih,zahid dan bertaqwa. Bukan
lelaki Bengal yang buta sama sekali terhadap ilmu agama. Di wajahnya terlihat
dengan nyata jejak sujud. Ia juga hafal Al Qur’an dan sekaligus sebagai guru
yang berusaha mendorong orang lain untuk menghafalkannya. ‘Umar bin Khattab
pernah menugaskannya ke Mesir demi
mengabulkan permohonan ‘Amr bin Ash yang memohon kepada beliau untuk
mengirimkan ke Mesir figure yang hafal Al
Qur’an untuk mengajarkannya kepada penduduk Mesir. Tatkala Amr bin Ash meminta ,” Wahai Amirulmukminin, kirimkanlah kepadaku
lelaki yang hafala Al Qur’an untuk mengajari penduduk Mesir, Sayyidina Umar
menjawab, “ Aku mengirimkan untuk mu seseorang lelaki bernama Abdurrahman bin
Muljam, salah seorang ahli Qur’an yang aku prioritaskan untukmu daripada untuk diriku
sendiri. Jika ia telah datang kepadamu
maka siapkanlah rumah untuknya untuk mengajarkan Al Qur,an kepada Kaum
Muslimin dan muliakanlah ia…..!
Meskipun
Ibnu Muljam hafal Al Qur’an, bertaqwa dan rajin beribadah namun semua itu tidak
membawa manfaat baginya. Ia mati dalam kondisi su’ul khatimah, tidak membawa
iman dan Islam akibat kedangkalan ilmu agama yng dimilikinya dan berafiliasi
dengan sekte Khawarij yang telah meracuni para pemuda muslim sehingga melakukan aksi-aksi yang bertentangan
dengan nilai – nilai luhur agama Islam namun justru mengklaim semua itu dalam
rangka membela ajaran Allah dan Rasulullah.
Bercermin
dari figur Ibnu Muljam tentu kita tidak perlu merasa aneh jika sekarang muncul
kelompok-kelompok ekstrim yang mudah memvonis kafir terhadap sesama muslim yang berbeda pandangan, melakukan
tindakan yang sama persis dilakukan Ibnu Muljam. Mereka mengklaim berjuang
menegakkan agama Allah namun faktanya justru menebar ketakutan pada umat Islam
dan menciptakan konflik internal berdarah-darah yang membuat mustahil membangun
persatuan sesama Muslimin.
Oleh
karena itu menjadi tugas bersama para Ulama , Umaro dan muslimin untuk
membentengi umat Islam di Indonesia dari ide-ide keagamaan destruktif yang
dikembangkan oleh generasi Abdurrahman bin Muljam dan untuk berusaha keras
menghalangi siapapun yang ingin menjadikan Indonesia sebagai lading subur bagi
tumbuhnya kelompok-kelompok khawarij modern yang militant namun miskin ilmu.
Wallahu
A’lam.
EmoticonEmoticon